Artikel Agama

Renungan Malam Jumat: Agama Itu Bukan sekedar Surga Atau Neraka

Brader sekalian, ketika kita kecil seusia TK kita disuruh mengambilkan sesuatu oleh bapak kita, dan kita mau karena ada imbalan sebuah permen yang di iming-imingkan bapak kita. Lalu menginjak SD kita mau disuruh ngaji dengan alasan bahwa nanti akan dibelikan Sepeda Baru. Hingga waktu kita SMA kita mau rajin sekolah asalkan dibelikan Ninja 250.

Begitu juga ketika kita seusia TK, kita takut untuk menolak suruhan orang tua bukan karena rasa hormat, tapi karena takut tak dikasih permen, saat SD kita takut membantah orang tua karena bukan rasa hormat tapi lebih karena takut tidak dibelikan sepeda baru, hingga kita SMA kita rajin sekolah bukannya karena alasan pengen pinter, tapi lebih karena iming-iming Ninja 250.

Begitulah kita memandang pragmatis terhadap suatu imbal balik dalam kacamata anak-anak. Lantas kalau kita sudah dewasa baru kita sadar, baru kita sepenuhnya menggunakan kacamata nalar kita, orang tua itu perlu dihormati, ngaji itu membuat kita berilmu, sekolah itu membuat kita pandai, dan itu semua tetap kita lakukan meski kita tidak disuruh, meski tidak di iming-iming, meski tidak diancam.

Begitulah kira-kira agama itu mulanya diajarkan. Awalnya orang diming-imingi surga supaya mau beribadah, berbuat baik, berprilaku sopan dan mensyukuri nikmat Tuhan. Awalnya pula orang ditakut-takuti neraka supaya takut berbuat maksiat, takut tidak beribadah dan takut tidak bersyukur. Namun ketika orang sudah terbuka mata hatinya, tanpa ditakut-takuti nerakapun mereka dengan rela beribadah, dengan penuh kesabaran mau berbuat baik, dan dengan sepenuh hati mau bersyukur. Begitu juga tanpa diiming-imingi surgapun seseorang yang sudah terbuka mata hatinya akan dengan senang hati mau melakukan perbuatan mulia.

Brader sekalian surga yang disebutkan dalam Al-Quran itu adalah sebuah gambaran kedamaian kelak bila kita menjalankan perintah-Nya. Neraka juga sebuah gambaran balasan bila kita tidah patuh pada Allah. Bila Islam turun hari ini di Indonesia masa kini maka boleh jadi perumpamaan surga bukanlah sungai yang di dalamnya mengalir susu dan madu, dan dihiasi bidadari yang senantiasa perawan. Surga adalah diibaratkan Istana yang dipenuhi dengan Ducati Diavel beserta para UGnya yang aduhai, pesawat ulang alik yang siap mengantar kemana saja, dan mal-mal tempat kita berburu keperluan. Itu semua adalah gambaran, dan aslinya surga jauh lebih dahsyat dari itu, sesuatu yang tak dapat kita bayangkan, begitu juga neraka.

Suatu contoh yang patut kita tiru adalah bagaimana ihlasnya para wali Allah dalam beribadah, mereka tak mementingkan balasan, tak khawatir ancaman, yang ada dalam benak mereka adalah keihlasan beribadah kepada allah dan berbuat baik, apapun balasannya.

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

“ ketahuilah sesungguhnya wali-wali Alloh tidak ada rasa takut atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, (Yaitu mereka) adalah orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa “.(QS. Yunus : 62-63).

Ya begitulah agama itu bukan jual beli yang memberi kemudian selalu menggharapkan kembali, agama bukan bekerja yang selalu mengharapkan upah. Monggo silakan berbuat baik lalu mengharapkan surga, namun keihlasan lebih utama, kita serahkan sepenuhnya pada Allah apa balasannya. Ya agama adalah kebajikan, keihlasan dan kerelaan, bukan keterpaksaan bila mata hati kita sudah terbuka.

15 komentar pada “Renungan Malam Jumat: Agama Itu Bukan sekedar Surga Atau Neraka

Tinggalkan Balasan ke vellandya devi x-friend Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.