Artikel Agama

Tausiah Ramadan 2: Tingkatan Orang Yang Berpuasa

ramadhan
ramadhan

Brader sekalian Imam Gazali dalam kitabnya yaitu Ihya ‘Uluumuddiin membagi para Sha’im atau orang yang berpuasa ini ke dalam tiga tingkatan yaitu:

Pertama adalah tingkatan puasa orang yang awam (saumul ‘awam).
Yang tergolong tingkatan ini, orangnya hanya berpuasa atau menjaga mulutnya untuk tidak makan dan minum serta berhubungan suami istri pada siang hari. Tetapi dia tidak mampu menjaga lisannya untuk tidak berbohong, menipu atau membicarakan aib orang lain (ghibah).   Mereka juga tidak mampu menjaga matanya untuk tidak melihat apa-apa yang dilarang oleh Allah SWT, hayo para bikers kalau lagi jalanjalan ke mall yakin mata masih jelalatan liat yang sulum-sulum, hahaha “James Bons juga kalee yaaa heheheheh”. Singkat kata dia tidak mampu menjaga anggota badannya untuk tidak bermaksiat kepada Allah SWT. Orang yang berpuasa pada tingkatan ini, ketika bersantap sahur maupun buka puasa lebih mementingkan menu makanan yang lebih bervariasi. Di siang hari hanya disibukkan untuk berjalan-jalan sambil mencari jenis-jenis makanan yang akan disantap waktu berbuka. Begitupun pada malam hari dia sibuk mempersiapkan makanan sebanyak-banyaknya untuk bersahur. Semakin mendekati akhir bulan Ramadan, bukannya semakin dekat dan meramaikan masjid dan musala, tetapi malah menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Hahahaha blanja sambil ngiler liat makana gan hehehehe. Kumbokarno group masuk kali ya kakakakakakakakkakaak!

Kedua adalah tingkatan puasa orang yang khusus (saumul khushush).
Adapun puasa khusus ialah mencegah pendengaran, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan anggota-anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.   Jadi golongan orang yang puasanya pada tingkatan ini, dia tidak sekadar berpuasa atau menjaga mulutnya untuk tidak makan dan minum serta berhubungan suami istri pada siang hari. Tetapi dia mampu menahan pandangannya dari segala hal yang tercela. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist, yang artinya, “Barang siapa yang meninggalkan pandangan karena takut kepada Allah SWT niscaya Allah SWT akan menganugerahkan kepadanya keimanan yang mendatangkan manis dalam hati.”  Dia juga mampu menjaga lisannya untuk tidak berbohong, menipu, atau membicarakan orang lain (ghibah), kemudian dia juga mampu mampu menjaga pendengarannya dari suara-suara yang tidak baik. Singkat kata dia mampu menjaga seluruh anggota badannya untuk tidak bermaksiat. Biasanya puasa pada tingkatan ini sudah mampu dilakukan oleh para ulama dan waliyulloh.Yoo,kadang mecoba untuk menjadi golongan ini berat loh, ibarat di jalan ada yang menarik terkadang hati picik kita merasa mubazir alau ndak liat hehehehe dasar omes. Ya, boleh jadi yang masuk golongan iniadalah para kiyai, ustadz dn orang-orang shalih lainnya.

Ketiga, adalah tingkatan puasa orang yang khusus lebih khusus (saumul khushushul khushush).
Adapun puasa khusus dari khusus, yaitu puasanya hati dari pada segala cita-cita yang hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegahnya dari selain Allah ‘Azza wa jalla secara keseluruhan. MM mangstabf, boleh jadi yag masuk golongan ini adalah para ulama, para wali dan para orang-orang yang terpilih oleh Allah.

Nah mau jadi golongan mana kita? Ya semua terserah kita, berat konsekuensinya tapi kan perlu dicoba mas Bro!Salamat Berpuasa.,,,,,!

10 komentar pada “Tausiah Ramadan 2: Tingkatan Orang Yang Berpuasa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.