Berita Umum

Fenomena Jilboob Memang Takkan Selesai Hanya Dibully, Harus Ada Pembinaan Progresif-Integral Mulai Dari Orang Tua, Pemuka Agama, Lembaga Pendidikan, Desainer, dan Media

Jikalau memandang dari kacamata laki-laki jelas jilboob memang indah, apalagi dipandang dari kacamata nafsu, wewe sungguh menggairahkan. Tetapi misalkan ketika kita berpikir bahwa suatu saat istri kita atau anak kita dipandangi dan diplototi, pasti kita takkan rela. Karena itulah agama mengatur masalah pakaian wanita ini agar menutupi dan membungkus lekuk-lekuk tubuhnya. Dan fenomena jilboob memang bukan membungkus lekuk tubuh, tapi sekedar menutupi tapi masih berbentuk lekuk-lekuk sehinga mengundang mata lelaki untuk memandang. Ingat kata bang napi, kejahatan terjadi bukan saja karena ada niat, tapi juga didukung kesempatan. Nah bagaimana fenomena jilboob ini bisa diredam?

jilboob
jilboob

Jelas, kalau hanya membully para jilboobers yang nota benenya kebanyakan dari kalangan muda, hal ini takkan menyelesaikan masalah, boleh jadi mereka malah semakin frontal menyerang. Yup, perlu dilakukan secara komrehensif dan integral oleh beberapa kalangan agar fenomena ini bisa diredam. Pendekatan persuasif dan prrefentif lebih diutamakan daripada penghukuman represif.

Ya, banyak kalangan mempunyai keterkaitan dengan fnomena jilboob ini, mulai dari desainer, media, orang tua, pemuga agama, dan lembaga pendidikan.

Media jelas berperan besar menyiarkan bagaimana model berkembang di seluruh dunia, dari pakaian sesksi, ketat you can see, hingga pakaian rapih sopan dan agamis. Dari informasi media ini kemudian banyak muda mudi kita mencontoh para modelnya dengan memakai pakaian yang menurut mereka keren. Tengok saja seorang Selena Gomes yang memakai celana pendek ketat, lalu diekspos media, dan kemudian dicontoh banyak wanita muda karena memang dia sebagai publik figur. Nah disinilah media membentuk mindset para muda-mudi kita.

Desainer dan publik figur juga besar perannya dalam perkembangan pakaian bagi muda-mudi kita. Ya, keren tidaknya pakaian pasti barometernya adalah desainer dar publik figurnya dalam hal ini model. Bila desainer mempopulerkan pakain ketat, ya boleh jadi yang fenomenal adalah pakaian ketat, bila tidak, ya tidak.

Nah benteng dari itu semua tentu tuntunan orang tua yang mempunyai peran besar terhadap pendidikan para muda-mudi ini. Kentika sedang melakukan pencarian jari diri pastilah musa-musi akan melakukan trial n error, mecoba ini dan itu. Dah bila hal ini didukung bimbingan yang baik dari orang tua, seudah berang tentu akan lebih terarah.

Belum lagi bila lembaga pendidikan dan para pemuka agama andil dalam membetuk mind set mengenai pakaiaa ini, maka sang muda-mudi baklal lebih terarah dan terkendali. Tercatat dalam rekaman James Bons, bahwa ternyata kampus-kampus Islam yang memberlakukan aturan ketat tentang etika berpakaian ini biasanya hanya fakultas pendidikan atau tarbiyah. Yakni diharuskan memakai rok, tidak transparan, memakai pakaian yang tidak ketat dan sebagainya layaya seorang guru, karena mereka ini calon guru. Sementara fakultas non pendidikan biasanya lebih bebas. James Bons dulu kuliah sekitar tahun 90 sekian di fakultas Sastra hehe seringkali maek sendal jepit dan kaos oblong gak ada sangsi atau teguran.

Nah dari semua elemen tersebut kalau bersatu padu mengarahkan dan meluruskan fenomena jilboob ini, boleh jadi akan ada efek positifnya. Kalau hanya parisal dan main bully malah makin frontal dan tak terkendali.

15 komentar pada “Fenomena Jilboob Memang Takkan Selesai Hanya Dibully, Harus Ada Pembinaan Progresif-Integral Mulai Dari Orang Tua, Pemuka Agama, Lembaga Pendidikan, Desainer, dan Media

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.