Satu Anggota Meninggal Ratusan Pendekar PSHT Ngamuk, Mobil Polisi Ancur, Ternyata Nabrak Tiang
Satu Anggota Meninggal Ratusan Pendekar PSHT Ngamuk. Ini adalah rentetan peristiwa pengesahan anggota baru pendekar yang bergabung dengan Perguruan Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) pada hari Sabtu malam (15/10). Dwi Cahyono, 19, warga Dusun Magersari, Desa Temuireng, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, diketahui meninggal dunia setelah dirawat kurang lebih 18 jam di Rumah Sakit (RS) Citra Medika, Kecamatan Tarik, Sidoarjo. Awalnya korban diduga tewas setelah terlibat bentrokan dengan warga saat iring-iringan anggota PSHT melintas di simpang empat Desa Kupang, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jatim. Maka ratusan pendekar mengamuk mendatangi TKP dan melakukan serangan balasan. Namun belakangan diketahui korban meninggal karena nabrak tiang listrik.
Berikut Kronologis kejadian menurut Jawa Pos
Awal Mula Meninggal Korban
Ya, ketika itu konvoi kendaraan anggota PSHT sempat dihadang warga saat akan melintasi simpang empat Kupang, Kecamatan Jetis, Sabtu malam atau dini hari sekitar pukul 02.00. Barisan depan iring-iringan memang terlibat bentrokan dengan warga. Hujan batu dan kayu pun tidak terelakkan. Awalnya korban diduga mengalami kekerasan sat bentrok di kawasan tersebut saat akan menuju kampung halamannya dari prosesi pengesahan anggota baru di Desa Wiyu, Kecamatan Pacet.
Korban ketika itu ditemmukan tak sadarkan diri dengan luka serius. Setelah dirawat kurang lebih 18 jam di Rumah Sakit (RS) Citra Medika, Kecamatan Tarik, Sidoarjo korban dikabrkan meninggal.
Balas Dendam Korban, Mobil Patroli Dirusak
Setelah Dwi Cahyono, 19, pendekar silat Perguruan Silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) asal Dusun Magersari, Desa Temuireng, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto, pada Minggu petang (16/10) meninggal, berita inipun membuat gempar seluruh warga PSHT. Korban disebut-sebut menjadi korban bentrok antara massa pesilat dengan warga di di simpang empat Kupang, Kecamatan Jetis.
Kemudian beredar kabar ada rencana akan ada serangan balik dari kelompok PSHT sehubungan dengan salah satu warganya meninggal. Ternyata benar, pada Senin (17/10) malam ratusan massa dari Lamongan, Gresik dan Bojonegoro merangsek ke wilayah Jetis dari Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Mereka kemudian dihadang anggota kepolisian.
Petugas yang menghadang ternyata kalah jumlah, kelompok ini diperkirakan berjumlah 200 an orang. Mereka meluapkan kemarahan pada anggota kepolisian yang berusaha menghadang. Lha wont hnya 15 orang anggota Polsek Dawarblandong yang berusaha menghalau rombongan massa di Dusun Sidokerto, Desa Pulorejo, Kecamatan Dawarblandong agar tidak bergerak menuju wilayah Jetis, ya jelas kalah jauh, 15 lawan 200. Merekapun jadi sasaran akhirnya mundur.
Mobil patroli yang sebelumnya ditumpangi petugas akhirnya dirusak. Kelompok pendekar ini membawa parang dan sajam lainnya, menghajar mobil ptroli hingga hancur. Kaca bagian depan pecah, sedangkan beberapa bodi mobil penyok dan tidak utuh lagi akibat sabetan parang.
Belakangan satu pleton anggota Sabhara Polresta Mojokerto diterjunkan ke lokasi.Mereka ini pertama memberikan bantuan, dan selanjutnya ratusan petugas ini juga ditugaskan menangkap para pelaku pengerusakan. Akhirnya para pendekar ini berhasil dipukul mundur.
Ternyata Korban Meninggal Karena Nabrak Tiang Listrik
Belakangan polisi terus melakukan penyidikan perihal meninggalnya pemuda ini. Dan ternyata polisi menemukan fakta lain. Polresta Mojokerto menyampaikan bahwa meninggalnya korban bukan dikeroyok, tapi korban diketahui terlibat kecelakaan tunggal di simpang empat Kupang, Kecamatan Jetis.
Statmen polisi ini berdasarkan data hasil rekaman CCTV salah satu toko dan kondisi motor korban yang berhasil diamankan polisi. Kasatreskrim Polresta Mojokerto AKP Andria Diana Putra menegaskan, tayangan rekaman CCTV tersebut tidak menunjukkan adanya kerumunan orang sebelum korban ditemukan tergeletak di pinggir jalan oleh warga dan polisi pada Minggu pukul 04.30 WIB.
Saat itu korban tergeletak pingsan pasca Yamaha Vixion bernopol W 6206 MP yang di tumpanginya nabrak tiang listrik di kiri jalan, tepatnya 100 meter sebelum simpang empat Kupang, Jetis.
Bukti itu terlihat jelas dari hasil olah TKP di lokasi bahwa korban hanya tergeletak bersama kawannya, Andika Dwi Pratama, 17, warga Dusun Talunsudo, Desa Gunungan, Kecamatan Dawarblandong. Berikut statmen Pak Polisnya gan, masih dari sumber Jawa Pos.
”Jadi, korban ini terlibat laka tunggal bersama temannya. Korban ini yang dibonceng, sedangkan temannya yang membonceng.”
Ini klaim dari pak polisinya gan. Kita belum mendengar penjelasan dari pihak PSHTnya gan. Dan juga keluarga korban.
Ya semoga yang meninggal mendapat tempat yang mulia di sisi-Nya, dan yang ditinggalkan mendapat kesabaran. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua untuk mengontrol emosi dan saling menghormati.
Vertamax
aduh ketinggalan.. keduax
http://kobayogas.com/2016/10/18/teori-konspirasi-marquez-juara-dunia-diberi-lorenzo/
ketiak
https://orongorong.com/2016/10/19/asyik-yamaha-nvx-launching-bulan-depan/
Hadir
Ekekkk
Josss
Wkwkwkwk
Mbah Bonsai mesti mesam mesem aihihihi
wam mosok gan
semoga pendekar silat ini pada insyaf,bulan lalu kampung saya diserang sm kelompok silat gagah berani ini,ada warga yg panik smpe jantungnya kumat trs beberapa hari kemudian meninggal,lama lama mirip FPI,dikit2 kekerasan jurusnya
PSHT kok lama-lama kaya ormas preman gitu ya.
Belajar silat harusnya jadi ksatria bukan tukang keroyok kaya gitu
Dimana mana PSHT ini sering bikin kekacauan….sukanya main keroyokan membela temannya padahal temannya sendiri yg salah
pshti…
https://ridersunda.wordpress.com/2016/10/19/jomplangnya-prestasi-honda-filipina-dan-indonesia/
Malu ane yg pernah jd anggota PSHT,skrg ane dah keluar Krn ngerasa udah gak cocok…. Dan itu senior seniornya pada IDI*T,anarkhi kok dipelihara….. Coro coronya cuma berani keroyokan,,,, coba ditantang duel satu lawan satu pasti gak berani,,,,
Belajar silat kok cuma nggedein otot tapi ngecilin otak
Tapi terkadang yang menghadang dan melempari arak2annya itu biasanya dari perguruan lain. Sedangkan di berita selalu disebut warga desa. Padahal itu sebenernya tawuran antar perguruan.
Jadi membingungkan juga sih.
Berita kayak gini sering terjadi juga pada supporter bola.
yg gituan disebut pendekar??
orang goblok sih iya…
jam 2 pagi konvoi buat apa?
pendekar mainnya keroyokan..
anggota kami nabrak tiang gara2 ngindarin aksi lempar batu dari massa yang nyerang(anggota IKSPI)mereka udh bikin siasat sblum anggota kami konvoi . bukan main kroyokan tapi dari kami masuk kami diajarkan kalau saudara kita terluka sama aja diri kita sendiri yang terluka ..trus ga ada sejarah kalo satu lawan satu gak berani. .mohon kalo komentar jangan asal komentar ya sodara2
Eh bung, kita memang diajarkan jika salah satu disakiti maka yg lain ikut sakit.. Tapi jangan buta mata…. Kalian ikut PSHT tapi jadilah pendekar yg menjunjung tinggi kehormatan, bolehlah kalian diserang.. Tapi alangkah lebih baik jika kalian menemui pihak yg melempari kalian dan diajak duel…. Kalau kalian menang maka nama kalian bagus, jangan semakin memperburuk citra PSHT… Sy juga alumni PSHT, jadi saya mohon jangan asal ngikut aja, tapi coba dicermati n cari solusi terbaik….
Hahahahaaa
Jujur saya bukan anti budaya
Tapi kalo budaya yg ujung2nya mengarah “destruktif” sprti ini apa perlu dilestarikan..???
Kasus ini bukan salah SILATnya, tapi cecunguk2 yg ngaku2 pendekar itulah biang masalahnya .
Khusus PSHT 1925 dmn2 mmang pada sok2an, merasa perguruannya paling hebat, gak bisa “kesenggol” sedikit.*contoh sikap PRIMITIF yg dilestarikan atas nama budaya.
Klo memang ente2 buntang PSHT 1925 ngerasa tahan pukul mending tarung
1 lawan 1 diarena tarung resmi *MMA, buktikan..!!!!!!!!!
Sampai ketemu di OCTAGON *salam MACAN KERINCI
BERANinya kroyokan, ini bukan jiwa pesilat
tp silit..ya silit….
Lagi2 ormas Setia Onar, kenapa ga dibubarkan aja sih sama pemerintah, ga ada kontribusi buat bangsa dan negara sama sekali, benar2 sampah masyarakat yg ga ada fungsinya, anjing kampung aja masih ada gunanya.
Ganti nama kah ?
Pendekar Silat Handal Tawuran
Perguruan Setan Hina Teraniaya
Hahahahaaa
Jujur saya bukan anti budaya
Tapi kalo budaya yg ujung2nya mengarah “destruktif” sprti ini apa perlu dilestarikan..???
Kasus ini bukan salah SILATnya, tapi cecunguk2 yg ngaku2 pendekar itulah biang masalahnya .
Khusus PSHT 1925 dmn2 mmang pada sok2an, merasa perguruannya paling hebat, gak bisa “kesenggol” sedikit.*contoh sikap PRIMITIF yg dilestarikan atas nama budaya.
Klo memang ente2 PSHT 1925 ngerasa tahan pukul mending tarung
1 lawan 1 diarena tarung resmi *MMA, buktikan..!!!!!!!!!
Sampai ketemu di OCTAGON *salam MACAN KERINCI